Ilmu Pengetahuan II
Apakah itu awal dan apakah itu akhir? Seperti apakah awal dan akhir dari alam semesta ini? Saat ini, kita masih berada pada salah satu bagian kecil darinya. Semua bagian dari alam ini berevolusi dan mempunyai siklus yaitu hidup dan mati. Binatang, tumbuhan, bumi, matahari, bintang, dan manusia sekalipun dapat mati. Teori yang disebut 'Big Bang' mengenai awal terciptanya alam semesta ini hanyalah sebuah teori yang tidak akan pernah akan bisa dibuktikan oleh alam semesta ini. Hanya Penciptanyalah yang tahu. Jangankan 'Big Bang', kita saja tidak tahu bagaimana caranya menciptakan manusia dari mahluk hidup yang mati. Manusia hanya bisa diciptakan dari manusia-manusia lain yang masih hidup. Mengapakah itu? Suatu pertanyaan yang menarik yang tidak akan bisa dijawab oleh siapapun, karena manusia mempunyai batas dalam akal budinya. Sel-sel yang berada dalam manusia yang masih hidup tentunya masih hidup, akan tetapi pada manusia yang sudah mati sel-selnya mati. Maksud saya dari proses penciptaan ini adalah dari sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Manusia sudah hidup sejak berada dalam diri tiap manusia, baik lelaki maupun perempuan karena di dalam pria terdapat sperma dan di dalam wanita terdapat ovum. Sedangkan dalam manusia yang tak bernyawa, semuanya itu tidak ada dan tak ada yang seorang pun yang bisa 'membangkitkan' sel-sel orang yang sudah mati itu menjadi manusia baru yang hidup. Itulah proses penciptaan.
Alam semesta ini juga sama halnya dengan manusia. Tidak ada seorang pun yang bisa tahu mengapa dari wujud gas dapat menjadi planet dan mahluk yang dapat hidup. Gas adalah zat bebas yang tak berwujud dan sifatnya mati, tapi dalam proses penciptaan dapat menjadi kehidupan. Inilah batas yang tidak mampu dijelaskan.
Ada yang disebut Sang Pencipta atau Tuhan, dan bisa jadi banyak orang yang terlalu percaya pada teknologi dan kemajuan zaman di era modern ini melupakan Sang Pencipta ini. Sang Pencipta ini bisa dikatakan Si Pengawas Ujian; maksudnya adalah Tuhan adalah Pengawas dari para mahluk hidup ciptaan-Nya yang sedang menjalani ujian. Akan tetapi, ujian yang dimaksud disini berbeda dengan ujian yang diadakan di sekolah atau di tempat lain. Manusia sedang mengerjakan soal, tapi tidak akan diberi jawaban oleh Si Pengawas. Biasanya kalau dalam ujian seorang murid diberikan jawaban sesudah ulangan, tapi dalam hal ini berbeda. Manusia bahkan tidak diberikan banyak petunjuk untuk menyelesaikan semua soal pada ujian ini. Maka apa yang manusia lakukan selama ini hanyalah perkembangan, bukan kesempurnaan pada lembar jawaban. Tidak ada yang bisa mencapai kesempurnaan di alam semesta ini, karena semuanya akan mati, tidak ada yang abadi. Mau bukti? Kita saja tidak bisa menemukan ujung dari angka yang tak berhingga. Dimanakah angka itu akan berhenti? Tidak ada yang tahu, dan itulah yang menyebabkan alam semesta ini tidak sempurna. Selama ini banyak hal yang dikatakan yang sempurna, tapi dalam beberapa waktu ke depan akan ada hal baru lagi yang dikatakan lebih sempurna. Pernyataan seperti ini patut dipelajari mengingat kita tidak tahu batas nilai apa yang diberikan Tuhan pada kita di dunia seperti pada saat kita mengerjakan ujian. Kita tidak tahu berapa skor yang sudah kita raih selama hidup di dunia ini karena tidak ada batas, sedangkan dalam ujian sudah ada batas. Jumlah soal tercantum, skor tiap nomor tercantum, dan nilai maksimum juga ada. Dalam hal ini kesempurnaan ada karena kita tahu batasnya. Akan tetapi dalam perkembangan apa pun juga di dunia tidak akan pernah ada batasnya karena akan selalu muncul apa yang disebut dalam matematika dengan tak berhingga.
Selain itu, tak berhingga inilah yang memunculkan hal-hal yang tak terduga seperti insiden kecil muncul dalam perkembangan berbagai macam hal. Misalnya, apakah ada barang elektronik yang tidak pernah rusak? Tidak ada, karena suatu saat akan rusak dan itu disebabkan oleh jauh dari prediksi. Oleh sebab itulah, manusia hidup pada prediksi. Tidak pernah ada yang selalu tepat. Yang paling mudah adalah ramalan cuaca yang kadang-kadang salah. Sama halnya dengan peralatan elektronik yang keliatanya sempurna akan tetapi ada sedikit cacatnya. Cacat itu muncul saat perancangan benda tersebut yang dalam hasilnya menunjukkan angka yang tidak ada habisnya. Sehingga dibulatkan dan pada saat tertentu benda tersebut akan melewati angka yang dibulatkan tersebut sehingga menjadi bermasalah. Begitu juga halnya dengan alam semesta ini, tidak ada yang bisa menebak kehidupan dari alam ini. Siapa yang bisa menghentikan tsunami ataupun hurricane? Tidak ada. Kita hanya bisa memprediksi dan mencegah hal itu agar tidak menjadi lebih parah. Kita tidak bisa menghentikan alam yang seolah-olah memiliki kuasa lebih besar daripada manusia.
Dalam hal ini, yang memiliki jawaban adalah Sang Pencipta. Tuhan tidak pernah memprediksi karena Tuhanlah yang menentukan. Sebenarnya jarak antara manusia dengan Tuhan sangatlah dekat. Manusia dalam menemukan rahasia alam semesta ini semakin dekat pada Tuhan, akan tetapi seolah-olah ada sebuah kain tipis yang membatasi manusia dengan Tuhan dalam arti kesempurnaan. Manusia tidak dapat menembus kain yang sangat tipis itu karena kemampuan manusia tidak akan pernah bisa menembus kain tersebut. Pada hakekatnya manusia diciptakan tidak untuk dapat menembus kain tersebut atau dengan kata lain menyamai Tuhan.
Alam semesta ini juga sama halnya dengan manusia. Tidak ada seorang pun yang bisa tahu mengapa dari wujud gas dapat menjadi planet dan mahluk yang dapat hidup. Gas adalah zat bebas yang tak berwujud dan sifatnya mati, tapi dalam proses penciptaan dapat menjadi kehidupan. Inilah batas yang tidak mampu dijelaskan.
Ada yang disebut Sang Pencipta atau Tuhan, dan bisa jadi banyak orang yang terlalu percaya pada teknologi dan kemajuan zaman di era modern ini melupakan Sang Pencipta ini. Sang Pencipta ini bisa dikatakan Si Pengawas Ujian; maksudnya adalah Tuhan adalah Pengawas dari para mahluk hidup ciptaan-Nya yang sedang menjalani ujian. Akan tetapi, ujian yang dimaksud disini berbeda dengan ujian yang diadakan di sekolah atau di tempat lain. Manusia sedang mengerjakan soal, tapi tidak akan diberi jawaban oleh Si Pengawas. Biasanya kalau dalam ujian seorang murid diberikan jawaban sesudah ulangan, tapi dalam hal ini berbeda. Manusia bahkan tidak diberikan banyak petunjuk untuk menyelesaikan semua soal pada ujian ini. Maka apa yang manusia lakukan selama ini hanyalah perkembangan, bukan kesempurnaan pada lembar jawaban. Tidak ada yang bisa mencapai kesempurnaan di alam semesta ini, karena semuanya akan mati, tidak ada yang abadi. Mau bukti? Kita saja tidak bisa menemukan ujung dari angka yang tak berhingga. Dimanakah angka itu akan berhenti? Tidak ada yang tahu, dan itulah yang menyebabkan alam semesta ini tidak sempurna. Selama ini banyak hal yang dikatakan yang sempurna, tapi dalam beberapa waktu ke depan akan ada hal baru lagi yang dikatakan lebih sempurna. Pernyataan seperti ini patut dipelajari mengingat kita tidak tahu batas nilai apa yang diberikan Tuhan pada kita di dunia seperti pada saat kita mengerjakan ujian. Kita tidak tahu berapa skor yang sudah kita raih selama hidup di dunia ini karena tidak ada batas, sedangkan dalam ujian sudah ada batas. Jumlah soal tercantum, skor tiap nomor tercantum, dan nilai maksimum juga ada. Dalam hal ini kesempurnaan ada karena kita tahu batasnya. Akan tetapi dalam perkembangan apa pun juga di dunia tidak akan pernah ada batasnya karena akan selalu muncul apa yang disebut dalam matematika dengan tak berhingga.
Selain itu, tak berhingga inilah yang memunculkan hal-hal yang tak terduga seperti insiden kecil muncul dalam perkembangan berbagai macam hal. Misalnya, apakah ada barang elektronik yang tidak pernah rusak? Tidak ada, karena suatu saat akan rusak dan itu disebabkan oleh jauh dari prediksi. Oleh sebab itulah, manusia hidup pada prediksi. Tidak pernah ada yang selalu tepat. Yang paling mudah adalah ramalan cuaca yang kadang-kadang salah. Sama halnya dengan peralatan elektronik yang keliatanya sempurna akan tetapi ada sedikit cacatnya. Cacat itu muncul saat perancangan benda tersebut yang dalam hasilnya menunjukkan angka yang tidak ada habisnya. Sehingga dibulatkan dan pada saat tertentu benda tersebut akan melewati angka yang dibulatkan tersebut sehingga menjadi bermasalah. Begitu juga halnya dengan alam semesta ini, tidak ada yang bisa menebak kehidupan dari alam ini. Siapa yang bisa menghentikan tsunami ataupun hurricane? Tidak ada. Kita hanya bisa memprediksi dan mencegah hal itu agar tidak menjadi lebih parah. Kita tidak bisa menghentikan alam yang seolah-olah memiliki kuasa lebih besar daripada manusia.
Dalam hal ini, yang memiliki jawaban adalah Sang Pencipta. Tuhan tidak pernah memprediksi karena Tuhanlah yang menentukan. Sebenarnya jarak antara manusia dengan Tuhan sangatlah dekat. Manusia dalam menemukan rahasia alam semesta ini semakin dekat pada Tuhan, akan tetapi seolah-olah ada sebuah kain tipis yang membatasi manusia dengan Tuhan dalam arti kesempurnaan. Manusia tidak dapat menembus kain yang sangat tipis itu karena kemampuan manusia tidak akan pernah bisa menembus kain tersebut. Pada hakekatnya manusia diciptakan tidak untuk dapat menembus kain tersebut atau dengan kata lain menyamai Tuhan.
