Thursday, July 27, 2006

Aku Jatuh Cinta

Telah lama aku jatuh cinta, tapi rasanya akhir-akhir ini aku merasakan rasa cinta semakin dewasa, kuat, dan "bertambah." Meskipun cinta tidak dapat diukur, aku merasakan cinta semakin melekat di hatiku. Oh, indahnya rasa cinta itu, apalagi bila rasa cinta itu dapat disalurkan. Aku hanya bertahan saja dan menahan rasa cintaku yang dalam ini seorang diri. Kadang aku berpikir untuk menyalurkan cinta ini, tapi aku tidak bisa. Hanya dirinya seoranglah yang aku cintai, aku tak dapat melukai hatinya atau sampai merusak hubungan ini. Aku terlalu mencintainya, sangat dan teramat yang tak dapat lagi diungkapkan lagi dengan kata-kata.

Begitu indah rasa cinta ini bila dapat diekspresikan. Aku pun tak tahu mengapa aku bisa merasakan hal ini, mudah-mudahan cintaku merasakan hal yang sama. Rasa cinta yang menggebu-gebu dalam hatiku ini memicu kerinduan yang sangat dalam dan menghancurkan segala pikiran tentang mencari belaian lain. Terlalu dalam cinta ini sampai-sampai aku merasa sepi dan hanya dengan dialah ingin kuhabiskan waktu. Hanya bersamanya. Seakan ada kontak batin di antara dia dan aku. Apakah dia merasakan hal yang sama?

Terlalu panjang dan tidak realistis bila aku hanya berkata ini dan itu tentang cinta. Karena cinta lebih indah diekspresikan dengan perbuatan daripada dengan tulisan. Ironisnya, aku jauh darinya, tapi rasa cinta mendekatkan aku dengan dia. Tulisan pun menjadi satu-satunya jalan untuk mengekspresikan cinta. Aku mengatakan cinta dengan sepenuh hati karena aku memang telah merasakan cinta, seperti resonansi perasaan dua orang manusia yang membuat hati merasa tak tentu. Jaraklah yang mendewasakan cinta.

Tuesday, July 25, 2006

Tujuanku di Amerika

Aku mempunyai tujuan di Amerika, belajar dengan tekun supaya pada akhirnya mendapat pekerjaan yang baik. Mengapa aku katakan ini? Simpel, karena ada orang-orang yang menghabiskan waktunya dengan bermain-main dan menghabiskan uang di Amerika. Tidak usah di Amerika, di negara-negara lain pun juga ada. Bukanya aku iri dengan kelebihan yang mereka miliki. Akan tetapi, apa mereka tidak pernah berpikir kalau uang yang dihambur-hamburkan itu bukanlah uang dari jerih payah mereka sehingga harus digunakan secara hati-hati? Aku kadang tidak mengerti apa yang mereka inginkan. Mobil mahal, makan makanan yang ekslusif dan mahal, belanja branded items, dan jalan-jalan terus-terusan. Semua ini dilakukan dalam suatu tujuan yang seakan dilupakan, belajar. Kita disini bukan untuk bermain-main, tapi belajar. Berbahagialah kalian yang punya uang sangat lebih untuk membiayai segala pengeluaran yang berlebih itu. Akan tetapi bagaimana dengan mereka-mereka yang tidak terlalu kaya, tapi ingin menjadi seperti mereka yang benar-benar kaya? Hati-hatilah dalam menggunakan uang, karena bila habis, maka habislah kamu. Kalau uang yang dihambur-hamburkan itu adalah hasil jerih payah bekerja mereka sendiri, hal itu tak akan jadi masalah.

Aku mengatakan ini bukan artinya membatasi. Aku mengatakan ini agar kita lebih efisien dalam mengatur uang yang telah dipercayakan kepada kita sendiri. Kita boleh jalan-jalan, boleh having fun, boleh minta dibelikan mobil, dsb. Tapi gunakanlah akal sehat, dimanakah level keuangan kita, apa yang kita benar-benar butuhkan, dan bagaimana agar uang ini masih berlebih saat aku lulus? Sebenarnya masih banyak pertanyaan lain yang bisa dijadikan refleksi. Gunakan akal sehat saat menggunakan uang, jangan impulsif. Janganlah memaksakan diri untuk menjadi orang yang "berduit banyak" karena tujuan kita kesini adalah diberi kepercayaan untuk sekolah sebaik-baiknya, sehingga sepatutnyalah kita memberikan yang terbaik kepada orang yang telah memberikan kita kepercayaan itu, orang tua kita.

Agama dan Persatuan

Ada orang yang beragama, ada juga orang yang tidak. Siapakah yang benar? Tak ada yang tahu, bergantung pada pemikiran setiap orang. Akan tetapi, ada beberapa kubu yang tampil sebagai ekstrim yang memaksakan kepercayaanya atau idealismenya.

Agama merupakan ajaran agar setiap orang berbuat baik. Idealnya, setiap orang berbuat baik dan tidak melakukan tindakan yang berdosa. Tiap ajaran agama itu pada dasarnya baik, tak ada sesuatu pun yang buruk. Namun, kini agama menjadi pertentangan, fanatik-fanatik dari tiap agama saling tidak suka yang menyebabkan perpecahan. Sudah bukan agama lagi namanya. Yang mengerikan adalah para fanatik bertindak atas agama dan atas Tuhan. Agama dijadikan pelindung atau tameng, agama dijadikan komersil, agama dijadikan jawaban terakhir dari pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh seseorang, agama jadi pemecah belah dunia, agama jadi bertambah banyak, dan sebagainya. Apakah perlu semua ini?

Agama dijadikan pelindung. Tindakan bunuh diri dengan mengorbankan orang lain dikatakan sesuai dengan ajaran agama. Mengapa harus mencabut nyawa sendiri? Atas dasar kebenaran apa membunuh orang? Mengapa harus sampai mengorbankan nyawa orang lain? Apakah agama mengajarkan untuk menentukan hidup atau mati seseorang?

Agama dijadikan komersil. Orang diajak-ajak, bahkan dipaksa untuk memeluk suatu agama. Ada yang karena situasi, ada yang karena iming-iming suatu hal tertentu. Apakah suatu agama harus "mencari" umat? Bukankah suatu kebebasan beragama berarti memberikan kebebasan seseorang untuk memeluk suatu agama? Mengapa iming-iming dijadikan suatu umpan untuk mendatangkan umat?

Agama dijadikan jawaban terakhir dari pertanyaan yang tidak bisa dijawab. Kalah dalam berdebat bukan berarti harus mengatasnamakan Tuhan pada akhirnya, atau membuat suatu pemikiran yang sudah tidak lazim yang disangkutpautkan dengan Tuhan untuk menjawab pertanyaan. Kita sebagai manusia harus fair dan mau mengakui kalau kita ini kurang dan lemah. Kalau memang tidak tahu, ya bilang saja tidak tahu. Toh tidak akan ada yang protes. Kekalahan adalah kekalahan dalam debat. Harga diri tetap harga diri. Tidak ada yang berubah. Hanya kita kalah dan orang lain menang. Jangan sampai agama merusak akal sehat sehingga membawa nama Tuhan dalam membicarakan urusan yang tidak ada sangkut pautnya dengan urusan agama. Hal lain adalah mengenai jawaban mengenai misteri alam. Kadang ada orang yang memaksakan semua hal diasosiasikan dengan agama. Ini harus sesuai agama, ini bertentangan dengan agama. Kita sebgai manusia juga terbatas dalam mencari jawaban atas alam semesta. Jangan dituding terlebih dahulu pandangan-pandangan yang ekstrim. Anggap saja orang lain memberikan ide. Di dunia ini terdapat banyak sekali misteri alam yang belum bisa dipecahkan oleh manusia. Memang benar semua berasal dari Tuhan, tapi menyalahkan orang lain karena tidak sesuai dengan apa yang menurut seseorang benar sesuai ajaran agama, adalah salah. Karena fisika bukan agama, kimia bukan agama, matematika bukan agama, dsb. Agama ya agama, fisika ya fisika, kimia ya kimia, biarkanlah mereka berkembang dengan sendirinya. Mudahnya, itu adalah urusan tetangga, bukan urusan kita.

Agama jadi pemecah belah dunia. Perang dimana-mana atas nama agama adalah contohnya. Memang sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa tindakan-tindakan iri hati, menuduh, serakah, dan sombong dapat memancing para fanatik-fanatik untuk bertindak atas nama agama. Apakah itu artinya Tuhan dari setiap agama juga saling berperang di surga? Logikanya memang begitu, mengapa orang berperang atas nama agama? Mengapa mereka bisa berpikiran seperti itu walaupun agama mengajarkan kebaikan?

Agama jadi semakin bertambah banyak. Singkatnya seperti agama Kristen yang merupakan pecahan dari agama Katolik. Katolik sendiri pun pecah jadi Roma dan Timur. Mengapakah kita harus menjadi egois dengan tidak ingin menerima ajaran suatu agama dan mendirikan kepercayaan baru? Apakah cara beribadah yang dilakukan tidak cocok dengan selera seseorang? Bukankah ada tradisi yang sudah ada sejak ribuan tahun? Malah yang lebih parah adalah pada akhirnya para fanatik dari tiap agama saling menjelek-jelekan satu sama lain. Inikah yang diajarkan oleh agamanya.

Ajaran agamalah yang paling penting. Tiap manusia harus bisa mengerti secara rasional dan objektif, jangan subjektif dan irasional. Maksudnya adalah fanatik. Seorang fanatik sudah tidak lagi berada di jalan yang benar, akan tetapi berada di jalan yang salah. Terapkah segala ajaran agama demi perdamaian dunia. Janganlah mencampuradukkan agama dengan politik.

Pacem in terris (Peace on earth)

Thursday, July 20, 2006

Money

Hidup di dunia ini penuh dilema, yang sebenarnya tercipta karena manusia sendiri. Salah satu contoh yang paling riil adalah uang. Coba pikirkan sudah berapa lamakah uang digunakan oleh manusia. Uang telah menjadi suatu dilema yang membuat manusia sulit untuk menentukan apakah harus memusnahkan uang dari dunia ini atau tidak. Sebagai alat barter, uang sangatlah berguna di seluruh dunia. Orang tidak harus bernegosiasi untuk menentukan apakah suatu barang layak untuk dibarter dengan barang lain atau tidak. Sangat sulit sekali menentukan nilai intrinsik dari satu barang bila tidak ada uang. Uang menunjukan nilai ekstrinsik dari suatu barang yang dapat diterima oleh semua orang.

Uang tampak gilang gemilang dari masa ke masa. Akan tetapi uang juga selalu menjadi sumber masalah. Contoh simpel adalah orang miskin yang tidak punya uang. Yang dia pikirkan pastinya adalah andaikan di dunia ini tidak ada uang. Memang tidak salah, kadang kita berpikir bahwa lebih baik tidak ada uang saja di dunia ini. Uang adalah sumber kriminalitas, sumber kemiskinan, dan sumber kehancuran. Uang menjadi sumber ketamakan pula. Orang saling berebut kekuasaan demi uang dan mengorbankan orang lain. Orang tega membunuh orang lain demi uang. Uang atau duit ini memang memiliki banyak sekali sisi negatifnya yang lama kelamaan dapat membuat seluruh dunia bertarung untuk mendapatkanya.

Di lain pihak uang juga memiliki sisi positif yang membuat orang menghadapi dilema yang luar biasa besar. Uang memotivasi manusia untuk maju dan berkembang hingga saat ini. Lihatlah peradaban manusia, semua itu bisa terjadi karena uang. Dengan menemukan sesuatu yang baru, manusia bisa mendapatkan uang banyak. Dalam penemuan-penemuan inilah, uang sangat berperan. Banyak orang-orang bersaing untuk mendapatkan uang yang terbanyak, sehingga uang dapat menimbulkan kompetisi. Selain itu, uang jugalah yang memotivasi manusia untuk bekerja. Kalau tidak ada uang, memang segala sesuatu akan menjadi gratis. Namun, siapakah yang akan menyediakan segala sesuatu yang gratis-gratis itu? Hanya beberapa orang saja yang ingin melakukan kegiatan sukarela seperti itu, tanpa dibayar. Uang yang menjadi motivasi manusia untuk bekerja dan berkembang. Tanpa uang, tidak akan ditemukan bensin atau dibangun rumah. Sangat sedikit orang yang ingin membantu orang lain secara cuma-cuma untuk melakukan sesuatu yang berat untuk membangun rumah.

Jadi, uang sangatlah berguna untuk manusia, tapi juga sangat berbahaya. Uang telah menjadi peradaban manusia modern yang membuatnya maju dan berkembang pesat. Namun, uang pulalah yang menjadi kehancuran daripada manusia modern. Manusia mulai berperang dan ingin berkuasa karena uang dan kekayaan. Kompetisi positif yang pada akhirnya membawa kita pada suatu pertempuran secara nyata. Uang akan selalu jadi dilema dalam kehidupan ini.