Kebebasan Dunia 1
Entah apa yang aku mengapa aku bisa berpikir seperti ini hari Kamis kemarin saat berada di Kedutaan Amerika. Aku merasa bahwa saat ini aku terdesak oleh lingkungan di sekitarku yang mencurigakan. Dunia serasa menjadi tempat yang tidak aman baik di mana pun juga termasuk di rumah kita sendiri. Tidak ada satu titik pun di dunia ini yang aku rasa aman dan aku sangat ingin sekali keluar dari segala hal ini. Kondisi damailah yang dapat membuat situasi hatiku tentram, saat dimana bangsa di seluruh dunia tidak ada yang sombong seolah-olah ingin menguasai dunia ini.
Mengapa aku harus bersusah payah seperti datang ke kedutaan untuk meminta visa bila ingin pergi ke negara lain? Bukankah itu artinya aku secara tidak langsung dipenjara oleh negara ini? Aku baru menyadarinya saat itu. Rasanya kebebasan itu seolah hilang karena manusia lain sulit dipercaya. Di mana-mana aku harus berhati-hati. Rasanya tak ada ruang gerak bagi hatiku yang menginginkan kebebasan. Negara ini seakan mengurung aku tanpa sadar karena aku tidak bisa keluar dari negara ini secara bebas. Benar-benar suatu hal yang hebat karena sulit sekali disadari bahwa tiap warga negara Indonesia dipenjara oleh negara Indonesia dengan presiden sebagai kepala penjara itu.
Visa sebagai tiket untuk masuk suatu negara juga menjadi tanda bahwa ruang gerakku sangatlah kecil dan sangat dibatasi. Aku benar-benar heran sebebas-bebasnya aku bekerja atau bersekolah di negara lain, tetap saja aku harus menemui berbagai macam kesulitan karena aku hanya menumpang bekerja di penjara lain. Kalau dipikir-pikir secara perlahan akan ditemukan jawaban bahwa tiap manusia memiliki kehausan akan kekuasaan atas dunia ini, ketamakan yang menginginkan segala sesuatu menjadi miliknya. Politik itu memang benar hanyalah suatu permainan yang berawal dari keinginan ingin 'menguasai' orang lain dengan berorganisasi. Andaikan setiap bangsa di dunia bersatu dan tidak ada penjara yang dinamakan negara. Bayangkan setiap warga negara harus menderita apabila negaranya sesak napas karena tak mampu bangkit. Kesulitan yang dihadapi seperti ini adalah akibat kesombongan manusia dan keegoisan manusia karena tidak mau bersatu, melainkan mementingkan nasionalisme. Apalah artinya nasionalisme apabila dibandingkan dengan duniaisme, cinta dunia. Dunia lebih penting daripada negara dan hal itulah yang tidak disadari. Politik itu hanyalah permainan yang berukuran mikro tapi menghasilkan efek yang berukuran kilo. Bandingkan dengan adanya satu dunia yang berada dalam jagad raya yang sangat besar. Bumi hanyalah seperti ion-ion bahkan lebih kecil daripada itu bila dilihat dari sisi jagad raya. Oleh sebab itulah aku merasa kecil sekali dan tak bebas mengingat saat ini ruang gerakku hanyalah suatu negara yang lebih kecil lagi dari bumi. Mahluk yang sekecil ini ingin mendapatkan kebebasan dengan bersahabat dengan alam.
Bila aku pergi ke Amerika pun akan sama akhirnya. Rasa tak bebas dan tak aman akan menghantui pikiranku, bahwa aku terdesak oleh arus yang diciptakan oleh golonganku. Aku bukanlah orang golongan atas yang mampu membeli apa saja, akan tetapi aku termasuk menengah ke bawah bila dipandang secara luas di dunia ini sebab aku masih harus bersusah payah untuk mendapatkan kebebasan yang sebenarnya tak akan bisa didapat sampai aku mati sekalipun nanti. Aku hanya merasa tidak nyaman saja di dalam situasi lingkungan yang tidak tentu pergerakanya. Ada pergerakan yang secara nyata dapat aku lihat dan saksikan dengan mataku sendiri, tapi ada juga yang disebut pergerakan yang tak terlihat yang dilakukan secara rahasia. Seperti pertemuan-pertemuan rahasia yang tidak diketahui oleh pemerintah atau orang-orang secara umumnya. Aku sungguh menginginkan kondisi dimana semuanya itu tidak ada, saat semua orang bersatu dalam pikiran dan tujuan yaitu bersahabat dengan dunia dan berusaha menyelamatkanya. Bukanya bersaing ingin menguasai dunia ini, meskipun apa yang dilakukan itu bisa menjadi tindak penyelamatan tetapi tidak disadari sebab yang dipentingkan adalah keuntungan dan kesuksesan menguasai dunia.
Cepatnya Waktu Berlalu
Baru kini aku sadari sesuatu yang akan aku hadapi. Dulu aku berpikir bahwa waktu berjalan sangat perlahan tapi kini aku merasa waktu akan berjalan sangat cepat. Saat masih SD ingin sekali aku rasanya cepat-cepat menuju SMA tapi kini aku sudah melaluinya, benar-benar cepat. Rasanya baru kemarin aku berada di sana. Kini yang ada di hadapanku adalah 4 tahun kurang lebih di Amerika Serikat untuk belajar. Awalnya aku memandang dari sisi di mana waktu berjalan lama dengan berbagai macam aktivitas yang sama, akan tetapi kini aku merasa itu semua akan berjalan cepat karena hanya 4 musim panas yang akan lalui dan akan aku gunakan untuk bertemu dengan kekasihku di negara ini.
Awalnya aku akan berpikir bahwa berhubungan secara serius akan berlangsung lama dalam waktu satu tahun, tapi akhir-akhir ini aku merasa hal itu akan berlangsung cepat. Ingin sekali rasanya aku bersama dia di Amerika bersama-sama berdua berjalan-jalan ke berbagai macam tempat. Waktu seakan memendek bagiku saat ini.
Apa yang selalu aku pikirkan adalah seperti apa tujuanku selanjutnya. Saat aku masih SMP yang aku pikirkan adalah bagaimana kehidupan saat aku SMA dan kini aku sudah memikirkan kehidupan apa kira-kira nantinya yang akan membawaku saat aku kuliah di negeri orang yang sudah lama sekali aku impikan. Lalu apa yang akan lakukan setelah aku kuliah? Tentu saja bekerja, menikah, memiliki keturunan yang akan aku arahkan masa depanya. Hal itu akan berlangsung sebentar lagi. Saat aku kerja, apa yang hendak aku capai lagi berikutnya? Bisa dikatakan tidak ada, hanya sebuah posisi yang lebih tinggi lagi dalam sebuah perusahaan. Menurutku itu bukanlah sebuah jawaban yang tepat. Jawaban yang aku selalu temukan adalah : 'Selesaikan tugasmu di dunia ini lalu tinggalkan dunia ini'. Pesan ini seakan datang dari Tuhan pada diriku dan sudah tertanam. Tak ada yang lebih dari itu setelah aku selesai belajar di dunia ini.
Semakin tinggi aku belajar/kuliah, semakin tinggi pegetahuanku sehingga aku akan semakin dapat mencapai tujuan hidupku dan setelah itu selesai, hidupku ini pasti akan diakhiri oleh-Nya. Walau tujuan itu tidak tercapai, tapi yang pasti aku ingin memberikan sesuatu yang berarti pada dunia ini, tidak hanya uang yang aku cari untuk hidup di dunia ini. Keinginanku saat ini yang aku jadikan tujuan hidupku yang sangat aku dambakan. Waktu terasa semakin cepat dan aku tak tahu apakah aku mampu memenuhi keinginanku itu. Aku memandang segalanya dari sisi yang lain. Aku melihat hidup ini sebagai suatu tujuan dan setelah aku menghabiskan 4 tahun mendatang ini, aku akan menentukan apakah aku harus bekerja atau melanjutkan pendidikan. Setelah aku menyelesaikan pendidikan aku hanya tinggal menunggu kematian, itulah yang akan terpikirkan oleh orang yang bekerja. Tak ada yang lebih dari itu, bahkan lebih baik daripada memiliki tujuan menguasai dunia sebelum dijemput kematian.
Perhatikanlah usia manusia yang selalu bertambah secara perlahan tapi cepat. Dua kontradiksi yang tak jarang disadari. Saat ini usiaku hampir 18 tahun, tetapi sebentar lagi akan menginjak 20, lalu 25 dan seterusnya berlalu secara cepat. Lihat saja usia para atlet yang cepat sekali bertambah, kemarin masih muda kini sudah menjadi atlet yang matang. Olimpiade atau Piala Dunia yang diadakan empat tahun sekali rasanya baru kemarin diadakan dan kini sudah hadir kembali. Berapa kali itu mucul, itulah waktu yang seakan menikam kita perlahan tapi pasti dan menjadi cepat. Hati-hatilah padanya bila tak ingin tergelincir dan akhirnya tak menjadi apa-apa tujuan kita.
Aku pikir menunggu terlalu lama di dunia ini akan menjadi membosankan seiring dengan menurunya kondisi fisik tubuh manusia. Tapi semuanya adalah takdir yang telah ditentukan, mungkin saja masih ada yang perlu dilakukan oleh seorang manusia hingga lanjut usia. Sadarilah itu dengan profesi masing-masing apa yang Tuhan inginkan pada kita. Waktu sangat terbatas, maksimalkanlah tiap detik dalam hidup kita yang akan terus berubah menjadi menit, jam, hari, minggu, waktu, bulan, tahun, hingga akhirnya pada kematian itu sendiri.
Masa Lalu dan Sekarang
Kemarin setelah melihat film 'Gie' menceritakan tentang Soe Hok Gie, seorang Tionghoa yang begitu gigih dalam memperjuangkan kebenaran dalam sosial dan politik di Indonesia. Film yang cukup menarik karena menyimpan berbagai macam pesan yang merupakan idealisme dari Soe Hok Gie sendiri. Ia benar-benar seorang yang moderat yang menginginkan segala sesuatu harus berjalan sebagaimana mestinya. Memang itu adalah hal yang sangat sulit sekali mengingat tidak setiap orang memiliki pemikiran yang sama. Akan tetapi yang dilihat di sini adalah sebuah sisi di mana Gie berperan sebagai seorang pembela kebenaran yang benar-benar individual dan sendiri. Ia tidak mempedulikan apa kata orang, baik bila mengikuti pendapatnya, apabila tidak ya sudah. Yang menarik adalah hal semacam ini dilakukan oleh seorang warga keturunan yang begitu cinta pada tanah airnya. Seakan-akan terlihat hanya ada dia seorang yang melakukan itu. Ia tanpa takut melawan arus demi mencapai sebuah ketentraman dan keseimbangan; dan lagi-lagi kesulitan yang ditemui adalah orang tidak suka pada pemikiranya yang begitu tajam dan cermat.
Hal lain yang menarik adalah karena Gie bukanlah orang Indonesia asli melainkan keturunan Tionghoa, akan tetapi kepedulian sosialnya sangat tinggi terhadap bangsanya, Indonesia. Yang sering terjadi kini adalah perpecahan yang tidak langsung. Seandainya benar-benar diselami maka akan jelas terlihat bahwa masih banyak saja orang Indonesia yang masih belum bisa menerima perbedaan ras. Semua itu terjadi hanya karena kecemburuan sosial akibat kesenjangan yang muncul. Padahal bila ditelusuri lebih lanjut apakah benar atau tidaknya itu, bisa jadi karena yang satu berusaha keras, tekun dan ulet; sedangkan yang lainya malas, mau enak saja, dan tidak mau kalah. Bagaimana caranya menghilangkan perbedaan itu hanya bangsa ini yang tahu.
Gie juga mengkritik pemerintahan yang saat itu kacau balau dengan politiknya yang buruk sekali. Meskipun sebenarnya juga masih buruk hingga saat ini, Indonesia masih berstatus negara berkembang selama puluhan tahun. Bila dibandingkan negara-negara tetangga kita, Indonesia masih sulit bernapas untuk keluar dari kemiskinan dan kemelaratan. Faktor yang menyebabkan adalah ketidakseimbangan antara rakyat dan pemerintahan.
Rakyat sebagai dasar suatu negara harus disiplin dan memiliki tujuan membangun bangsa dengan ketaatan dalam hidupnya. Akan tetapi hal itu tidak dimiliki oleh bangsa ini saat ini. Hanya segelintir manusia saja dari 200 juta jiwa lebih di Indonesia yang sadar akan hal itu. Kedisiplinan dan ketekunan yang dibutuhkan dalam melakukan berbagai macam hal jarang dimiliki oleh bangsa ini. Serta keinginan untuk selalu menjadi yang pertama tapi tidak memiliki kemampuan untuk itu. Lebih baik mengalah, menjadi yang terakhir bahkan, tetapi dapat belajar dari yang pertama perlahan-lahan hingga akhirnya maju dan menjadi lebih baik dari yang pertama. Keinginan untuk menjadi yang terbaik memang harus ada serta harus didasari kemampuan yang memadai untuk itu. Kesadaran akan hal-hal tersebut masih akan sulit muncul sebab masih kurangnya intelektual masyarakat Indonesia yang masih ingin berdiri sendiri-sendiri tanpa penyangga dan keinginan untuk bersatu.
Pemerintahan dalam hal ini menjalankan negara agar menuju ke arah yang lebih baik. Tidak boleh sama sekali dimanfaatkan oleh para pejabat sebagai suatu kesempatan untuk meraup keuntungan dari negara ini dan sekali lagi ini adalah masalah kerakusan. KKN yang menjadi terjepitnya posisi negara ini adalah suatu masalah yang harus segera dibasmi karena hal itu sudah terjadi mulai dari hal-hal yang kecil hingga yang sifatnya kenegaraan. Korupsi itulah yang menhancurkan moral rakyat untuk ikut melakukanya karena kehabisan akal dalam mencari pendapatan yang layak. Sehingga kini arah dari kemajuan bangsa ini adalah pada keuntungan diri sendiri. Prosedur, hukum, dan undang-undang tak lagi berlaku karena tidak ada yang menaatinya dan tak ada yang peduli. Negara ini seakan menjadi sasaran empuk untuk mencari uang. Darimana saja uang bisa didapat entah dengan cara apa saja. Itu semua berawal dari pemerintahan yang merupakan orang-orang intelek Indonesia yang karena terlalu pandainya ingin memakmurkan dirinya dengan hasil orang lain. Sebagai pengatur pemerintahan masih belum menjalankan tugasnya secara maksimal dan juga belum ada persatuan dan nasionalisme, cinta negara untuk memajukan Indonesia.
Takdir dan Pilihan Hidup
Kini aku dalam salah satu pilihan hidup yang paling signifikan. Penting sekali terpikir bahwa sebenernya jalan manusia memang selalu ada dan banyak. Lihat saja dalam salah satu sisi hidup yang mungkin tidak penting seperti bagaimana menentukan ke mana kita akan pergi ke suatu tempat. Manusia sering berpikir hidup adalah sebuah jalan yang ada hanya begitu saja yang telah diatur dan kita tinggal menjalankanya. Itu adalah pikiran seorang yang tidak ingin maju dan akhirnya tersingkir perlahan-lahan hingga akhirnya menjadi pengemis. Pernahkah terpikir bahwa sebenarnya itu adalah pilihan yang sederhana kita hanya perlu memilih salah satu yaitu pergi atau tidak. Tiap pilihan ada resikonya tentu tapi itulah takdir yang telah kita jalani bahwa kita memang terpilih untuk melakukan itu. Ada yang mengatakan suara hati, dimana manusia dapat menentukanya.
Yang menjadi awal dari masalah yang sulit diatasi adalah lulus dari SMA dalam menentukan jurusan. Begitu banyak jalan yang bisa ditempuh, begitu banyak takdir yang menunggu. Akan tetapi apa pilihan kita itu yang menjadi masalah. Segalanya terlihat sulit dipilih karena takut akan suatu hal meskipun letak masalahnya sebenernya adalah pada apa tujuan seseorang memilih jurusan itu. Apa yang hendak ia capai dengan hidup di dunia ini. Kebanyakan berorientasi uang, memang sebuah tuntutan hidup untuk memiliki uang tapi bukan menguasainya secara berlebihan. Itu hanya bagian dari kesuksesan dari suatu hal yang merupakan tujuan yang hendak dicapai tapi tak kita sadari secara langsung. Saat itulah kita telah membuat takdir itu.
Apakah pernah terpikirkan bahwa manusia ini hidup di dunia ini dengan tujuanya masing-masing. Ada banyak sekali jalan itu tetapi itu semua dijalankan oleh manusia yang berbeda-beda. Kini saat menentukan jurusan itu menjadi suatu masalah dalam menentukan takdir yang kita pegang. Sangat banyak tetapi hanya satu yang sungguh berarti untuk diri kita. Dengan adanya itu manusia akan dapat melihat makna hidupnya serta keindahan dalamnya. Tujuan yang hendak dicapai akan terdapat dalam angan-anganya. Kebingungan akan kepastian memilih jurusan itulah yang membuat teman-temanku menjadi bingung dan tidak pasti dalam memilihnya. Ada yang pasti tapi yang tidak lebih banyak lagi. Sepandai atau sejenius apapun seseorang apabila tidak mengetahui tujuan dan arah takdir itu dalam hidupnya akan sulit berkembang. Ketakutan akan kegagalan harus dihilangkan karena bila keraguan yang muncul maka seseorang hanya akan menjadi orang 'biasa' yang sulit berkembang. Sedangkan yang diperlukan adalah sebuah kepercayaan diri dan keyakinan bahwa ini adalah takdir bagi diri sendiri apapun resikonya.